Tes masuk jurusan Filsafat seringkali dianggap menantang karena tidak hanya menguji wawasan umum, tetapi juga kemampuan berpikir logis dan kritis. Banyak calon mahasiswa merasa kesulitan dalam memahami pola pertanyaan yang diajukan dalam seleksi ini. Oleh karena itu, latihan soal menjadi langkah penting untuk meningkatkan kesiapan menghadapi ujian.
Artikel ini berisi lebih dari 110 soal tes masuk Filsafat lengkap dengan kunci jawaban untuk membantu Anda berlatih secara mandiri. Soal-soal ini mencakup berbagai topik utama dalam filsafat, seperti logika, etika, metafisika, serta pemikiran tokoh-tokoh besar dalam sejarah filsafat. Dengan memahami tipe soal yang sering muncul, Anda dapat mengasah kemampuan analisis dan meningkatkan peluang lolos seleksi masuk jurusan Filsafat.
Table of Contents
TogglePengertian Filsafat Menurut Para Ahli
Filsafat adalah ilmu yang membahas berbagai pertanyaan fundamental mengenai keberadaan, realitas, kebenaran, etika, dan logika. Kata “filsafat” berasal dari bahasa Yunani “philosophia”, yang berarti “cinta kebijaksanaan” (philo = cinta, sophia = kebijaksanaan). Filsafat tidak hanya berusaha memahami suatu hal secara dangkal, tetapi juga mencari kebenaran yang mendalam dengan pendekatan rasional, logis, dan kritis.
Dalam filsafat, seseorang dituntut untuk berpikir secara analitis dan reflektif terhadap berbagai persoalan hidup, baik yang bersifat material maupun spiritual. Oleh karena itu, filsafat sering dikatakan sebagai induk dari segala ilmu (mother of all sciences), karena banyak cabang ilmu lahir dari pemikiran filosofis.
Berikut adalah beberapa definisi filsafat dari para ahli terkemuka:
1. Plato (427–347 SM)
“Filsafat adalah pengetahuan yang berminat untuk mencapai kebenaran asli.”
Plato memandang filsafat sebagai usaha untuk mencari kebenaran yang hakiki dan bukan sekadar opini atau persepsi manusia yang bersifat sementara.
2. Aristoteles (384–322 SM)
“Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mencari prinsip atau sebab yang mendasari segala sesuatu.”
Aristoteles menganggap filsafat sebagai upaya untuk memahami hakikat segala sesuatu melalui penyelidikan rasional. Ia membagi filsafat menjadi beberapa cabang, seperti metafisika, logika, dan etika.
3. Socrates (470–399 SM)
“Filsafat adalah ilmu yang berupaya memahami hakikat alam dan realitas dengan mengandalkan akal budi.”
Socrates menekankan pentingnya dialog dan bertanya sebagai metode untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan dan moralitas.
4. Immanuel Kant (1724–1804)
“Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan tentang Tuhan, alam, dan manusia yang berlandaskan akal.”
Kant menekankan bahwa filsafat mencakup tiga pertanyaan utama: Apa yang dapat kita ketahui? Apa yang harus kita lakukan? Dan apa yang boleh kita harapkan?
5. René Descartes (1596–1650)
“Filsafat adalah ilmu tentang prinsip-prinsip dasar segala ilmu.”
Descartes, yang dikenal dengan ungkapannya Cogito, ergo sum (Aku berpikir, maka aku ada), melihat filsafat sebagai pondasi bagi seluruh cabang ilmu pengetahuan.
6. Hasbullah Bakry (1912–1993)
“Filsafat adalah pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu secara mendalam, baik mengenai ketuhanan, alam semesta, maupun manusia.”
Bakry menekankan bahwa filsafat berusaha menggali kebenaran dari berbagai aspek kehidupan dengan pemikiran yang mendalam.
Mengenal Karakteristik Filsafat
Filsafat memiliki beberapa karakteristik utama yang membedakannya dari disiplin ilmu lain. Berikut adalah beberapa karakteristik filsafat yang penting untuk dipahami:
1. Bersifat Kritis
Filsafat tidak menerima sesuatu begitu saja, tetapi selalu mempertanyakan dan menganalisis suatu konsep secara mendalam. Filsafat mengajarkan untuk berpikir secara rasional dan kritis terhadap berbagai fenomena kehidupan.
Contoh: Dalam filsafat, seseorang tidak hanya menerima bahwa “keadilan itu penting,” tetapi juga bertanya, “Apa itu keadilan?” “Apakah keadilan selalu bersifat absolut?”
2. Bersifat Rasional
Filsafat mengandalkan akal (rasio) sebagai alat utama dalam mencari kebenaran. Argumen dan pemikiran dalam filsafat harus memiliki dasar yang logis dan masuk akal.
Contoh: Immanuel Kant dalam teorinya tentang imperatif kategoris berpendapat bahwa tindakan moral harus didasarkan pada prinsip rasional yang bisa diterapkan secara universal.
3. Bersifat Spekulatif
Filsafat sering kali membahas hal-hal yang belum bisa dijelaskan secara empiris. Oleh karena itu, pemikiran filosofis sering bersifat spekulatif, yaitu mencoba mencari jawaban di luar batas pengalaman biasa.
Contoh: Pertanyaan tentang asal-usul alam semesta atau apakah manusia memiliki kehendak bebas adalah contoh spekulasi filosofis yang belum dapat dijawab sepenuhnya oleh ilmu pengetahuan.
4. Bersifat Universal
Filsafat tidak hanya berfokus pada satu bidang ilmu atau aspek kehidupan tertentu, tetapi mencakup semua aspek kehidupan manusia, mulai dari moralitas, eksistensi, hingga pengetahuan.
Contoh: Jika ilmu kedokteran hanya fokus pada kesehatan manusia, filsafat akan mempertanyakan makna kehidupan, etika medis, dan hubungan antara tubuh dan jiwa.
5. Bersifat Abstrak
Konsep dalam filsafat seringkali bersifat abstrak, artinya tidak bisa diamati secara langsung dengan panca indra, tetapi harus dipahami melalui pemikiran dan refleksi mendalam.
Contoh: Konsep “kebenaran,” “keindahan,” dan “keadilan” adalah gagasan abstrak yang sering dibahas dalam filsafat.
6. Bersifat Integratif
Filsafat berusaha menghubungkan berbagai disiplin ilmu dan bidang kehidupan untuk memperoleh pemahaman yang menyeluruh.
Contoh: Filsafat ilmu mengkaji hubungan antara ilmu pengetahuan dengan etika, logika, dan metafisika untuk memahami batas dan keabsahan suatu pengetahuan.
7. Bersifat Reflektif
Filsafat mendorong seseorang untuk berpikir kembali tentang dirinya sendiri, dunia, dan kehidupannya. Melalui refleksi, seseorang bisa memahami makna hidup, tujuan, dan nilai-nilai yang diyakini.
Contoh: Seseorang yang mempelajari filsafat mungkin akan bertanya, “Apa tujuan hidup saya?” atau “Apa yang membuat hidup ini berarti?”
Soal Tes Masuk FILSAFAT + Kunci Jawaban
Sebelum memasuki dunia filsafat, penting untuk menguji pemahaman tentang konsep, teori, dan cara berpikir kritis. Berikut ini adalah kumpulan contoh soal tes masuk filsafat beserta kunci jawaban yang dirancang untuk membantu Anda mempersiapkan diri dengan lebih baik.
1. Seorang filsuf mempertanyakan apakah realitas yang kita alami sehari-hari benar-benar ada atau hanya ilusi dari kesadaran manusia. Pandangan ini paling sesuai dengan aliran filsafat:
A. Materialisme
B. Realisme Kritis
C. Empirisme
D. Idealisme Subjektif
E. Positivisme
Jawaban: D. Idealisme Subjektif
Pembahasan:
Idealisme Subjektif, seperti yang dikembangkan oleh George Berkeley, menyatakan bahwa realitas bergantung pada persepsi individu. Menurut pandangan ini, dunia fisik hanya ada sejauh kita mengamatinya, dan tanpa pengamatan, realitas mungkin tidak ada.
2. Dalam konteks etika Kantian, jika seseorang membantu orang lain dengan tujuan agar suatu saat ia mendapat balasan yang sama, maka tindakan tersebut:
A. Bersifat moral karena mengikuti hukum universal
B. Tidak memiliki nilai moral karena dilakukan dengan tujuan instrumental
C. Dapat dibenarkan secara moral jika hasilnya baik
D. Tidak relevan dalam diskursus etika deontologis
E. Bertentangan dengan prinsip etika utilitarianisme
Jawaban: B. Tidak memiliki nilai moral karena dilakukan dengan tujuan instrumental
Pembahasan:
Menurut Immanuel Kant, tindakan moral harus dilakukan berdasarkan imperatif kategoris, yaitu melakukan sesuatu karena itu adalah kewajiban moral, bukan karena ada tujuan lain. Jika seseorang membantu orang lain hanya demi mendapatkan balasan di kemudian hari, maka tindakannya tidak memiliki nilai moral murni.
3. Dalam dialektika Hegel, tahap yang menggambarkan kontradiksi antara dua konsep yang akhirnya menghasilkan sintesis baru disebut:
A. These
B. Antithese
C. Synthesis
D. Dialektika Negatif
E. Aufhebung
Jawaban: E. Aufhebung
Pembahasan:
Hegel menggunakan istilah Aufhebung untuk menggambarkan bagaimana kontradiksi antara thesis dan antithesis tidak hanya dihancurkan tetapi juga diangkat ke tingkat yang lebih tinggi dalam synthesis. Ini adalah inti dari dialektika idealis Hegel.
4. Dalam epistemologi, skeptisisme radikal berpendapat bahwa:
A. Semua pengetahuan berasal dari pengalaman empiris
B. Kebenaran absolut dapat dicapai melalui deduksi logis
C. Tidak ada pengetahuan yang benar-benar dapat dipastikan
D. Pengetahuan hanya mungkin melalui intuisi metafisik
E. Semua pengetahuan bersifat sementara dan dapat direvisi
Jawaban: C. Tidak ada pengetahuan yang benar-benar dapat dipastikan
Pembahasan:
Skeptisisme radikal mempertanyakan kemungkinan pengetahuan sejati. Para filsuf seperti Pyrrho dan Descartes (dalam tahap awal metodologi keraguannya) berpendapat bahwa tidak ada pengetahuan yang dapat diterima tanpa keraguan.
5. Dalam logika modal, proposisi “Mungkin hujan turun besok” dituliskan dalam simbol:
A. ◻P
B. ◇P
C. ¬◇P
D. P → ◻P
E. ¬P → ◇P
Jawaban: B. ◇P
Pembahasan:
Dalam logika modal, ◇P berarti “P mungkin benar” (ada kemungkinan bahwa P benar), sementara ◻P berarti “P selalu benar dalam semua kemungkinan dunia”.
6. Konsep “The Veil of Ignorance” yang diperkenalkan oleh John Rawls dalam teori keadilan bertujuan untuk:
A. Menunjukkan bahwa keadilan bersifat subjektif
B. Menganalisis bagaimana individu membentuk prinsip keadilan tanpa bias
C. Mengkritik teori keadilan utilitarian
D. Membangun dasar moral bagi teori sosialisme
E. Menggambarkan bahwa distribusi keadilan seharusnya bersifat egaliter
Jawaban: B. Menganalisis bagaimana individu membentuk prinsip keadilan tanpa bias
Pembahasan:
Konsep Veil of Ignorance menyatakan bahwa dalam menentukan prinsip keadilan, seseorang harus membayangkan diri mereka tanpa mengetahui posisi sosial, ras, atau status ekonomi mereka, sehingga keputusan yang diambil benar-benar adil.
7. Dalam filsafat bahasa Wittgenstein, konsep “game language” mengacu pada:
A. Bahasa memiliki makna tetap yang independen dari penggunaannya
B. Makna bahasa bergantung pada penggunaannya dalam suatu konteks tertentu
C. Setiap kata memiliki esensi metafisik yang mendasari
D. Bahasa adalah sistem simbol yang tidak terkait dengan realitas
E. Semua bahasa pada akhirnya dapat diterjemahkan ke dalam bentuk logika simbolik
Jawaban: B. Makna bahasa bergantung pada penggunaannya dalam suatu konteks tertentu
Pembahasan:
Dalam karyanya Philosophical Investigations, Wittgenstein menekankan bahwa bahasa berfungsi seperti “permainan” (language game), di mana makna kata ditentukan oleh bagaimana kata itu digunakan dalam praktik sosial.
8. Dalam metafisika Aristoteles, substansi utama yang mendasari segala sesuatu disebut:
A. Hyle
B. Eidos
C. Ousia
D. Telos
E. Pneuma
Jawaban: C. Ousia
Pembahasan:
Aristoteles menggunakan istilah Ousia untuk merujuk pada substansi utama yang merupakan hakikat dari segala sesuatu. Ini berbeda dari accidents (sifat-sifat yang bisa berubah tanpa mengubah hakikat sesuatu).
9. Dalam teori etika utilitarianisme, tindakan yang dianggap benar adalah:
A. Tindakan yang dilakukan berdasarkan niat baik
B. Tindakan yang sesuai dengan kebajikan moral
C. Tindakan yang memberikan kebahagiaan terbesar bagi jumlah orang terbanyak
D. Tindakan yang selaras dengan hukum alam
E. Tindakan yang mempertahankan hak asasi manusia
Jawaban: C. Tindakan yang memberikan kebahagiaan terbesar bagi jumlah orang terbanyak
Pembahasan:
Utilitarianisme, seperti yang dikembangkan oleh Jeremy Bentham dan John Stuart Mill, menekankan bahwa tindakan yang benar adalah yang menghasilkan manfaat atau kebahagiaan terbesar bagi sebanyak mungkin orang.
10. Dalam filsafat eksistensialisme Sartre, konsep “Bad Faith” (Mauvaise foi) merujuk pada:
A. Sikap seseorang yang menolak menerima tanggung jawab atas kebebasannya sendiri
B. Ketidakmampuan manusia untuk memahami makna hidup
C. Kepercayaan bahwa Tuhan menentukan takdir manusia
D. Pemikiran bahwa semua tindakan manusia tidak memiliki makna
E. Pengakuan bahwa moralitas bersifat relatif
Jawaban: A. Sikap seseorang yang menolak menerima tanggung jawab atas kebebasannya sendiri
Pembahasan:
Jean-Paul Sartre dalam filsafat eksistensialismenya berpendapat bahwa manusia bertanggung jawab atas kebebasannya sendiri. Bad faith terjadi ketika seseorang menghindari tanggung jawabnya dengan berpura-pura bahwa dirinya tidak memiliki pilihan.
11. Dalam pemikiran Martin Heidegger, istilah “Dasein” merujuk pada:
A. Kesadaran kolektif manusia dalam masyarakat
B. Keberadaan manusia sebagai entitas yang memiliki keterbukaan terhadap makna keberadaan
C. Prinsip dasar dari ontologi tradisional yang menekankan esensi di atas eksistensi
D. Keberadaan yang bergantung pada hukum moral universal
E. Kesadaran akan Tuhan sebagai sumber utama eksistensi
Jawaban: B. Keberadaan manusia sebagai entitas yang memiliki keterbukaan terhadap makna keberadaan
Pembahasan:
Dalam Being and Time, Heidegger menggunakan istilah Dasein untuk menggambarkan manusia sebagai makhluk yang tidak hanya “ada”, tetapi juga memiliki kesadaran terhadap eksistensinya dan mencari makna keberadaannya.
12. Dalam pemikiran Karl Popper, teori yang tidak bisa dibuktikan salah dianggap:
A. Teori yang valid karena tidak dapat disangkal
B. Teori yang tidak ilmiah karena tidak memenuhi prinsip falsifikasi
C. Teori yang bersifat metafisik dan tetap memiliki nilai ilmiah
D. Teori yang tidak relevan dalam metodologi ilmu pengetahuan
E. Teori yang harus direvisi berdasarkan data empiris terbaru
Jawaban: B. Teori yang tidak ilmiah karena tidak memenuhi prinsip falsifikasi
Pembahasan:
Popper memperkenalkan konsep falsifiability, dimana suatu teori ilmiah harus bisa diuji dan berpotensi terbukti salah. Jika suatu teori tidak bisa dibuktikan salah, maka teori tersebut bukan ilmu, melainkan dogma atau metafisika.
13. Dalam etika Aristotelian, konsep “eudaimonia” merujuk pada:
A. Kebahagiaan tertinggi yang dicapai melalui kehidupan berbudi luhur
B. Kebahagiaan yang diperoleh melalui pemenuhan keinginan materi
C. Konsep keadilan yang menyeimbangkan hak dan kewajiban
D. Prinsip utilitarian yang mengutamakan manfaat terbesar
E. Pandangan Stoik tentang ketenangan batin melalui penerimaan nasib
Jawaban: A. Kebahagiaan tertinggi yang dicapai melalui kehidupan berbudi luhur
Pembahasan:
Menurut Aristoteles dalam Nicomachean Ethics, eudaimonia adalah tujuan akhir kehidupan manusia, yang dicapai dengan menjalani kehidupan yang berbudi luhur (virtue ethics).
14. Menurut teori “Justice as Fairness” dari John Rawls, prinsip pertama dari keadilan sosial adalah:
A. Distribusi sumber daya harus berdasarkan kontribusi individu
B. Kesetaraan kebebasan dasar bagi semua orang
C. Keuntungan terbesar harus diberikan kepada kelompok yang paling menguntungkan
D. Semua individu harus menerima manfaat yang sama dari sistem ekonomi
E. Hanya mereka yang bekerja keras yang pantas mendapatkan keadilan
Jawaban: B. Kesetaraan kebebasan dasar bagi semua orang
Pembahasan:
Rawls menyatakan bahwa prinsip pertama dari keadilan adalah bahwa semua individu harus memiliki hak yang sama terhadap kebebasan dasar, seperti kebebasan berbicara dan kebebasan berpikir.
15. Dalam teori metafisika Leibniz, konsep “Monad” mengacu pada:
A. Partikel fisik terkecil yang membentuk realitas
B. Substansi dasar yang bersifat spiritual dan tidak dapat dibagi
C. Prinsip etika yang menekankan keharmonisan sosial
D. Konsep tentang kebebasan dan determinisme dalam hukum alam
E. Representasi dari realitas dalam dunia ide Plato
Jawaban: B. Substansi dasar yang bersifat spiritual dan tidak dapat dibagi
Pembahasan:
Leibniz berpendapat bahwa realitas terdiri dari monad, yaitu unit fundamental yang tidak dapat dibagi, bersifat spiritual, dan memiliki persepsi sendiri.
16. Dalam filsafat politik, teori kontrak sosial yang menyatakan bahwa individu menyerahkan sebagian kebebasannya untuk mendapatkan ketertiban dalam masyarakat pertama kali diperkenalkan oleh:
A. Immanuel Kant
B. Jean-Jacques Rousseau
C. John Locke
D. Thomas Hobbes
E. Niccolò Machiavelli
Jawaban: D. Thomas Hobbes
Pembahasan:
Dalam Leviathan, Hobbes berpendapat bahwa tanpa kontrak sosial, manusia hidup dalam keadaan “perang semua melawan semua” (state of nature), sehingga mereka harus menyerahkan sebagian kebebasannya kepada otoritas yang kuat untuk menciptakan ketertiban.
17. Dalam logika simbolik, jika sebuah argumen memiliki premis yang benar tetapi kesimpulannya salah, maka argumen tersebut disebut:
A. Valid
B. Invalid
C. Sound
D. Unsound
E. Tautologi
Jawaban: B. Invalid
Pembahasan:
Sebuah argumen valid adalah ketika premis yang benar selalu mengarah ke kesimpulan yang benar. Jika premis benar tetapi kesimpulan salah, maka argumen tersebut tidak valid.
18. Dalam filsafat eksistensialisme, konsep “The Absurd” yang diperkenalkan oleh Albert Camus merujuk pada:
A. Ketidakmungkinan manusia untuk memahami Tuhan
B. Ketidaksesuaian antara pencarian manusia akan makna dan dunia yang tidak memiliki makna bawaan
C. Keterasingan individu dari masyarakat karena struktur sosial yang opresif
D. Keyakinan bahwa kebebasan individu harus dikorbankan demi stabilitas sosial
E. Kepercayaan bahwa semua nilai moral bersifat relatif
Jawaban: B. Ketidaksesuaian antara pencarian manusia akan makna dan dunia yang tidak memiliki makna bawaan
Pembahasan:
Camus berargumen bahwa manusia selalu mencari makna dalam dunia yang tidak memiliki makna inheren, sehingga menghasilkan kondisi yang disebut “The Absurd”.
19. Dalam teori kebenaran koherensi, suatu pernyataan dianggap benar jika:
A. Sesuai dengan pengalaman empiris
B. Konsisten dengan sistem keyakinan yang ada
C. Dapat dibuktikan secara ilmiah
D. Dapat diterima secara moral oleh mayoritas
E. Memenuhi prinsip falsifikasi dalam ilmu pengetahuan
Jawaban: B. Konsisten dengan sistem keyakinan yang ada
Pembahasan:
Teori kebenaran koherensi menyatakan bahwa suatu pernyataan dianggap benar jika konsisten dengan keseluruhan sistem keyakinan yang sudah ada.
20. Dalam filsafat moral, “Naturalistic Fallacy” merujuk pada:
A. Kesalahan dalam menggunakan logika deduktif dalam argumen moral
B. Kesalahan dalam menyimpulkan bahwa sesuatu yang alami pasti baik secara moral
C. Penggunaan prinsip moral subjektif dalam argumen objektif
D. Ketidakmampuan membedakan antara nilai etis dan nilai estetika
E. Kesalahan dalam menggabungkan fakta empiris dengan prinsip etika
Jawaban: B. Kesalahan dalam menyimpulkan bahwa sesuatu yang alami pasti baik secara moral
Pembahasan:
Istilah Naturalistic Fallacy diperkenalkan oleh G.E. Moore dalam Principia Ethica untuk menunjukkan kesalahan dalam menyimpulkan bahwa sesuatu yang alami (is) harus dianggap baik secara moral (ought).
Persiapkan Diri Masuk Jurusan Filsafat dengan Latihan Soal dan Pemahaman Mendalam!
Memasuki dunia filsafat memerlukan pemahaman mendalam tentang konsep, teori, dan logika berpikir yang kritis. Dengan mengerjakan berbagai soal tes masuk filsafat yang telah disediakan, Anda dapat mengasah kemampuan analisis serta memperluas wawasan tentang berbagai cabang filsafat, mulai dari epistemologi, etika, hingga metafisika. Kunjungi utbk.or.id untuk mendapatkan informasi lengkap dan kumpulan soal sebagai bekal sukses menempuh studi filsafat.